Di Daniel 11 dinubuatkan bahwa negara-negara “Selatan” (Liga Arab) akan berkonfrontasi dengan “Utara” (Eropa), yang disebutkan bahwa hal itu menyangkut masalah Israel. Namun selama ini negara-negara Liga Arab seperti Mesir dan Sudan juga Turki yang dalam Daniel 11 disebutkan ikut dikuasai “Utara”, merupakan sekutu Barat dan merupakan sahabat Israel atau minimal tidak terlalu memusuhi Israel. Itu artinya nubuat itu tidak menunjukkan gejala bahwa bisa digenapi dalam waktu dekat.
Namun kini waktu yang dimaksudkan sebagai akhir zaman dari Daniel 11 telah tiba, apa yang semula dirasa jauh dari kemungkinan, telah mendadak berubah secara drastis dan tiba-tiba segera berada dalam kondisi “siap” seperti yang dinubuatkan Alkitab.
TURKI
Dimulai dengan Turki negara anggota Liga Arab yang semula merupakan sekutu Israel, tiba-tiba berbalik menjadi musuh Israel. Turki merupakan negara sahabat Israel sejak 1949. Turki merupakan negara berpenduduk mayoritas muslim pertama, yang mengakui kemerdekaan Israel dan merupakan partner perdagangan bebas dengan Israel sejak Januari 2000. Kedekatan Turki dengan Israel sering mengundang kemarahan negara-negara Arab. Namun karena satu peristiwa,Turki langsung berubah seratus delapan puluh derajat menjadi musuh Israel.
MESIR
Hari-hari ini rakyat Mesir sedang bergolak, mereka menuntut Presiden yang telah berkuasa selama 30 tahun, untuk turun dari kekuasaan dan meninggalkan negeri mereka. Mesir sedang berubah, suatu kepemimpinan baru sedang terbentuk di Mesir. Mesir yang semula merupakan sekutu AS dan merupakan salah satu sahabat Israel akan segera meninggalkan mereka (persis seperti yang dikuatirkan para pemimpin Israel di Tel-Aviv hari-hari ini).
Penguasa Mesir, Presiden Husni Mubarak yang condong ke Barat, Sabtu pagi (29/01/2011) telah membubarkan kabinetnya, menyusul demonstrasi besar-besaran yang menuntut dirinya mundur. Presiden Mubarak berjanji akan membuat perubahan dan melakukan reformasi dalam bidang ekonomi, sosial dan politik. Namun nampaknya rakyat Mesir tetap menginginkan Mubarak untuk turun. “Down, Down, Husni Mubarak!” para pengunjuk rasa melempari barikade polisi di Cairo. “Kami tak akan berhenti sampai kezaliman dan kediktatoran Presiden Hosni Mubarak tumbang,” kata salah seorang demonstran seperti dilaporkan Tempo Interaktif.
Bagaimana akhir dari pergolakan di Mesir? Segala sesuatu bisa saja terjadi, namun demikian Mesir tidak akan sama lagi, entah Mubarak dapat bertahan atau akhirnya turun dari kursi kekuasaan, tidak dapat dihindari lagi Mesir akan berubah haluan. Dan melihat dari perkembangan sampai tulisan ini diturunkan diperkirakan Mubarak tidak akan dapat bertahan dan Mesir akan memiliki pemimpin baru yang anti Israel: ElBaradei.
Siapa ElBaradei? Dr. Muhamed Mustafa ElBaradei adalah mantan Direktur Jendral IAEA, badan Tenaga Atom PBB, warga negara Mesir kelahiran 1942. ElBaradei di sambut meriah oleh para demonstran di Cairo Jumat lalu dan membuat demonstrasi makin memanas di kota-kota utama Mesir. Baca mengenai ElBaradei lebih lengkap di wikipedia. Muhamed ElBaradei terkenal karena pembelaannya terhadap program nuklir Iran dan klaim sebaliknya terhadap instalasi nuklir Israel yang dikatakan merupakan ancaman yang lebih berbahaya bagi Timur Tengah.
Nah, tidak lama lagi Mesir akan meninggalkan Israel, dan Liga Arab siap berkonfrontasi dengan negara Yahudi itu.
SUDAN
Sudan ceritanya sedikit berbeda, semula Sudan adalah negara campuran yang masih menganut hukum sekular, karena negara ini merupakan negara yang berimbang demografi penduduknya, baik dari segi etnik maupun agama, negara ini terdiri dari warga keturunan Arab yang mayoritas beragama Islam tinggal di Sudan bagian Utara, dan warga keturunan Afrika yang kebanyakan beragam Kristen dan tinggal di Sudan bagian selatan.
Telah cukup lama Sudan mengalami perang saudara berkepanjangan dan baru-baru ini tiba-tiba timbul wacana pemisahan Sudan selatan, dan yang mengherankan hal ini disetujui oleh pemerintah di utara. Minggu-minggu ini tengah dilakukan proses referendum yang disambut meriah oleh mayoritas warga selatan, dan hasil referendum menunjukkan tanda-tanda pemisahan tidak dapat dihindari lagi.
Apa yang terjadi kemudian dengan Sudan utara pasca pemisahan adalah perubahan drastis dari negara yang semula berorientasi sekular, menjadi berkiblat pada hukum Islam secara murni. Guardian melaporkan bulan Desember lalu pemimpin Sudan utara, Presiden Omar al-Bashir dalam satu rapat umum ditengah pendukungnya di Gedaref timur membuat pernyataan, “Jika Sudan selatan memisahkan diri, kita akan mengganti konstitusi, pada waktu itu tidak ada lagi kesempatan untuk bicara keberagaman budaya dan etnis. Sharia (hukum Islam) dan Islam akan menjadi sumber utama dari konstitusi dan agama negara dan Arab akan menjadi bahasa resmi.”
Dengan demikian sekarang Sudan telah berada dalam posisi siap untuk bersikap tegas kepada Israel. Satu lagi anggota Liga Arab akan mendukung sikap lebih keras terhadap Israel, persis seperti yang dinubuatkan oleh Daniel 11:43*, Sudan akan terlibat cukup jauh.
*Penjelasan mengenai Daniel 11:43: Banyak penterjemah Alkitab menyebut ”ve-chu-shim” atau keturunan Kush (Cushite) yang disebut di Daniel 11:43 (lihat bahasa bahasa ibraninya di biblos.com), sebagai Ethiopia. Tetapi sesungguhnya “ve-chu-shim” atau Kush atau “Cushite” bukan Ethiopia, lihat “Cushite” di wikipedia, Kush tinggal di sekitar sungai Nil di selatan Mesir, dan itulah Sudan bagian utara yang baru akan benar-benar terbentuk sekarang ini.
ANGIN SELATAN MULAI BERTIUP
Banyak politisi Barat yang mengatakan bahwa pergolakan yang terjadi di dunia Arab dipicu oleh rakyat yang tidak dapat lagi menerima gaya kepemimpinan para pemimpin otoriter. Mereka berpikir bahwa apa yang sedang terjadi di tengah-tengah negara-negara Liga Arab sebagai gejala perubahan menuju demokrasi. Anggapan ini terjadi karena pergolakan mewabah mulai dari Tunisia yang dikuasai diktator Ben-Ali, kemudian merembet ke Mesir yang juga dikuasai oleh Presiden Mubarak yang juga telah berkuasa lebih dari 30 tahun dan dianggap sebagai tipikal pemerintahan non-demokratis. Namun sesungguhnya Barat tidak lama lagi akan terkejut.
Apa yang sebenarnya terjadi bukanlah perubahan seperti yang dibayangkan oleh para pemimpin Barat. Tetapi yang sedang terjadi justru: seluruh bangsa Arab sedang bangkit untuk melepaskan diri dari semua pemimpin sekular yang pro Barat. Bangsa-bangsa Arab sedang bangkit menuju kesiapan untuk melawan dominasi Barat dan mempersiapkan diri menghadapi Israel yang merupakan duri di tengah-tengah dunia mereka. Masalah demokratisasi bukanlah penyebab utama dari pergolakan, hal ini terbukti di Libya, Syria dan Iran yang tidak demokratis, tetapi lihat saja negara-negara ini akan tenang-tenang saja. Selama para pemimpin ini berani melakukan pertentangan melawan Barat dan “pendudukan” Israel, mereka akan tetap dipuja rakyatnya.
Apa yang sedang terjadi di negara-negara yang bergolak saat ini adalah karena penolakan terhadap sekularisme dan utamanya pengaruh Barat, yang cenderung tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam. Pemerintah Tunisia yang tumbang adalah penguasa di negara Arab namun sangat berorientasi Eropa dan sangat keras terhadap kultur Islam. Rezim sekular Mubarak di Mesir walaupun jauh lebih toleran tetapi juga dianggap sebagai antek Barat (Amerika Serikat) karena kedekatannya dengan Barat dan sikap bersahabatnya dengan Israel. Mesir selalu menjadi pengganjal keputusan keras Liga Arab dalam kaitan konflik dengan Israel.
Tidak lama lagi seluruh anggota Liga Arab akan memiliki kesamaan pandangan tentang Israel, dan pada masa itu, tidak ada lagi pengaruh Barat atas negara-negara “Selatan” ini. Tidak ada lagi yang dapat mencegah ketika keputusan yang keras diambil, mayoritas Liga Arab akan dengan mudah mendeklarasikan perang melawan zionisme.
Musim panas akan segera tiba, “hari akan panas terik”.
Berjaga-jagalah Saudara, karena tanda-tanda semakin jelas !
TUHAN YESUS Memberkati.
SUMBER: www.houseofrevelation.com
No comments:
Post a Comment